Materi Sosiologi Kelas X Bab 2.1 Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Revisi 2016)

Materi Sosiologi Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial
Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial
Tujuan Pembelajaran
Dengan mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:
- Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok, dan hubungan sosial di masyarakat, dan
- Mengolah realitas individu, kelompok, dan hubungan sosial sehingga mandiri dalam memosisikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat

Peta Konsep Materi Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial
Peta Konsep Materi Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial
A. Individu
Dalam konsep manusia, individu sebagai makhluk yang otonom atau berdiri sendiri. Kata individu berasal dari bahasa Latin yaitu individuum yang berarti terbagi atau kesatuan terkecil. Jika didefinisikan, individu berarti orang, seseorang atau perorangan. Dengan demikian, individu bersifat tunggal dan satu kesatuan yang terbatas. Antara individu satu dengan individu lainnya memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut berupa watak dan karakteristik yang dimiliki tiap individu yang diperoleh sejak individu tersebut dilahirkan.

Dalam kehidupan sehari-hari individu tidak dapat berdiri sendiri. Individu membutuhkan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, individu senantiasa melakukan hubungan-hubungan sosial dengan individu yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya tersebut, maka terbentuklah kehidupan bersama yang disebut sebagai masyarakat (Untuk pengertian masyarakat menurut ahli klik di sini). Beberapa alasan yang mendorong individu membentuk masyarakat adalah sebagai berikut.
1) Faktor reproduksi atau adanya keinginan individu untuk melanjutkan keturunannya
2) Mencari kekuatan bersama karena adanya kesadaran individu itu lemah
3) Adanya perasaan diuntungkan ketika berhubungan dan bergabung dengan individu lain
4) Terdapat berbagai kesamaan antarindividu, seperti keturunan, nasib, kebudayaan, dan teritorial

B. Kelompok
Hasrat manusia atau kepentingan pokok manusia yang dibawa sejak lahir yaitu:
1) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya, dan
2) Keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alamnya

Keterikatan dan ketergantungan antara manusia satu sama lain mendorong manusia untuk membentuk kelompok-kelompok sosial (Pengertian Kelompok Sosial Menurut Para Ahli Klik di Sini). Suatu himpunan manusia baru dapat dikatakan sebagai kelompok sosial jika memenuhi beberapa syarat berikut.
1) Memiliki kesadaran sebagai bagian dari kelompok yang bersangkutan
2) Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain
3) Ada faktor pengikat yang dimiliki oleh anggota kelompok, seperti kepentingan, tujuan, dan ideologi yang sama
4) Memiliki struktur, tujuan, dan pola perilaku yang sama
5) Bersistem dan berproses

C. Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah hubungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hubungan sosial berarti hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat. Unsur mendasar dari hubungan sosial adalah interaksi sosial.

Hakikat Interaksi Sosial
Interaksi antarmanusia terjadi karena manusia saling membutuhkan. Di samping itu manusia secara kodrati adalah makhluk sosial. Di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan manusia lain. Karena itulah, interaksi dengan orang lain merupakan kebutuhan mendasar dalam diri manusia.

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling mempengaruhi antarindividu, antara individu dan kelompok, dan antarkelompok. Sementara itu, Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dan kelompok, atau antarkelompok.

Dalam hubungan tersebut, individu atau kelompok bekerja sama atau berkonflik, melakukan interaksi, baik formal maupun informal, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam interaksi sosial, salah satu pihak memberikan stimulus atau aksi dan pihak lain memberikan respons atau reaksi.

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa kontak sosial dan komunikasi.
a. Kontak Sosial
Kata kontak diturunkan dari Bahasa Latin: cum yang berarti bersama-sama dan tangere yang berarti menyentuh. Kontak sosial memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1) Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada pertentangan atau konflik.
2) Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi ketika para peserta interaksi bertatap muka secara langsung. Sementara itu, kontak sekunder terjadi ketika interaksi berlangsung melalui perantara, misalnya percakapan melalui telepon.

b. Komunikasi
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Lima unsur pokok dalam komunikasi
1) Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan kepada pihak lain
2) Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang menerima pesan
3) Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator
4) Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan
5) Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan setelah mendapatkan pesan dari komunikator

Kelima unsur pokok itu berperan dalam tiga tahap komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.
1) Encoding (pembuatan kode)
2) Penyampaian
3) Decoding (pemecahan kode)

Kontak sosial dapat terjadi tanpa komunikasi. Misalnya, seseorang berbicara dalam bahasa Batak kepada orang yang hanya mengerti bahasa Sunda. Dengan demikian kontak sosial tanpa komunikasi bukan merupakan interaksi sosial. Sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri berikut.
1) Adanya hubungan timbal-balik yang saling memengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya
2) Interaksi harus berpedoman kepada norma-norma atau kaidah-kaidah sebagai acuan
3) Adanya reaksi dari pihak lain atas komunikasi tersebut
4) Harus mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
5) Interaksi sosial bersifat positif, dinamis, dan berkesinambungan

Pendekatan Interaksi Sosial
Salah satu pendekatan terhadap interaksi sosial adalah perspektif interaksionisme simbolik. Kata simbol di sini mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi. Simbol adalah sesuatu yang memberi nilai dan makna bagi penggunanya. Makna muncul dalam interaksi sosial. Menurut W.I Thomas, seseorang tidak langsung bereaksi atau memberi tanggapan (respons) terhadap rangsangan (stimulus) dari luar, melainkan menilai atau mempertimbangkan terlebih dahulu berdasarkan definisi atas situasi.

Herbert Blumer menyatakan bahwa terdapat tiga pokok pikiran dalam interaksionisme simbolik, yaitu act, thing, dan meaning. Seseorang bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu bagi dirinya (meaning). Sementara itu, menurut Erving Goffman, dalam setiap interaksi ada individu yang membuat pernyataan (expression) dan ada individu lain yang memperoleh kesan (impression). Goffman menyebut usaha ini sebagai pengaturan kesan (impression management).

Demikian, secara umum, interaksi sosial dapat terjadi antarindividu, antara individu dan kelompok, serta antarkelompok. Interaksi sosial dapat bersifat positif maupun negatif. Interaksi sosial positif artinya saling menguntungkan, sedangkan interaksi negatif artinya merugikan salah satu pihak atau keduanya. Interaksi sosial dapat pula terjadi meskipun orang yang bertatap muka tidak saling berhubungan secara verbal (lisan). Hal ini disebabkan masing-masing orang saling menyadari keberadaan pihak lain yang dapat menyebabkan perubahan perasaan dan rangsangan saraf, misalnya bau keringat, minyak wangi, atau suara sepatu orang sedang berjalan.

Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial
Interaksi sosial dilandasi oleh beberapa faktor psikologis yaitu,
1) Imitasi
Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Imitasi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, misalnya gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebisaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang.

2) Sugesti
Sugesti berlangsung ketika seseorang memberi pandangan atau pernyataan sikap yang dianutnya dan diterima oleh orang lain. Sugesti bisanya muncul ketika si penerima sugesti tidak dapat berpikir rasional. Ia akan langsung menerima segala anjuran atau nasihat yang diberikan dan meyakini kebenarannya. Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut.
a) Orang yang berwibawa, kharismatik, atau memiliki pengaruh yang kuat terhadap penerima sugesti.
b) Orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari penerima sugesti
c) Kelompok mayoritas terhadap minoritas
d) Reklame atau iklan di media massa

Sugesti bukan hanya karena faktor si pemberi sugesti, tapi juga karena beberapa faktor di dalam diri si penerima sugesti.
a) Terhambatnya daya berpikir kritis
b) Kemampuan berpikir yang terpecah belah (disosiasi). Disosiasi terjadi ketika seseorang sedang dilanda kebingungan karena menghadapi berbagai persoalan
c) Orang yang ragu-ragu dan pendapat satu arah.

3) Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi karena dapat membentuk kepribadian seseorang.

4) Simpati
Simpati merupakan kondisi ketertarikan seseorang kepada orang lain. Ketika bersimpati, seseorang menempatkan dirinya dalam keadaan orang lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang lain.

5) Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan jiwa seseorang. Contohnya, seorang ibu yang ikut merasakan penderitaan anaknya yang mengidap kanker darah. Ibu tersebut sangat sedih sehingga ia pun jatuh sakit.

Sumber informasi yang mendasari interaksi
Karp dan Yoels menyatakan bahwa apabila seseorang baru berjumpa dengan orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha mencari informasi tentang orang itu. Sejalan dengan pandangan Goffman bahwa seseorang akan berusaha mencari informasi tentang orang lain yang ditemuinya agar dapat mendefinisikan situasi. Menurut Karp dan Yoels, ada tujuh sumber informasi dalam interaksi.
1) Warna kulit
2) Usia
3) Jenis kelamin
4) Penampilan fisik
5) Bentuk tubuh
6) Pakaian
7) Wacana

Tahap pendekatan dan peregangan hubungan dalam interaksi sosial
Dalam interaksi sosial terdapat ruang cakupan interaksi yang luas. Mulai dari interaksi antara orang-orang yang tidak saling mengenal sampai memiliki hubungan sangat dekat. Menurut Mark Knapp dan Anita Vangelisti, dalam interaksi sosial terdapat tahap pendekatan dan tahap peregangan hubungan orang-orang yang berinteraksi (Knapp dan Vangelisti, 2013).
1) Tahap pendekatan
Tahap pendekatan dijabarkan menjadi :
a) Tahap memulai (initiating)
b) Menjajaki (experimenting)
c) Meningkatkan (intensifying)
d) Menyatupadukan (integrating), dan
e) Mempertalikan (bonding)

2) Tahap Perenggangan
Proses ini terdiri dari tahap:
a) Membeda-bedakan (differentiating)
b) Membatasi (circumscribing)
c) Memacetkan (stagnating)
d) Menghindari (avoiding), dan
e) Memutuskan (terminating)

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Gillin, interaksi sosial berlangsung dalam dua jenis proses sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Proses asosiatif mengarah pada persatuan atau integrasi sosial. Sebaliknya, proses disosiatif, yang disebut juga proses oposisi, cara melawan seseorang atau sekelompok orang demi meraih tujuan tertentu.

Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk Interaksi Sosial
Proses Sosial yang Bersifat Asosiatif
Proses asosiatif meliputi bentuk-bentuk antara lain kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
a. Kerja sama
Kerja sama didefinisikan sebagai usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Charles H. Cooley, kerja sama timbul apabila seseorang menyadari dirinya mempunyai kepentingan atau tujuan yang sama dengan orang lain.
Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki lima bentuk.
1) Kerukunan atau gotong royong
2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih. Dalam bargaining prinsip keadilan sangat ditekankan
3) Kooptasi, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara menghindari konflik yang dapat mengguncang organisasi
4) Koalisi, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama
5) Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu

Selain itu beberapa ahli juga membagi kerja sama dalam beberapa bentuk berikut
1) Kerja sama spontan (kerja sama serta merta)
2) Kerja sama langsung (hasil dari perintah atasan atau penguasa)
3) Kerja sama kontrak (kerja sama atas dasar tertentu)
4) Kerja sama tradisional (kerja sama sebagai bagian antarunsur dalam sistem sosial)

b. Akomodasi
Akomodasi memiliki dua pengertian, yakni sebagai keadaan dan sebagai proses. Akomodasi sebagai keadaan mengacu pada keseimbangan interaksi antarindividu atau antarkelompok berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Akomodasi sebagai proses mengacu pada usaha-usaha manusia untuk meredakan pertentangan agar tercipta keseimbangan.
Berikut beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut.
1) Menghasilkan sintesis atau titik temu antara beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola baru
2) Mencegah terjadinya pertentangan untuk sementara
3) Mengadakan kerja sama antarkelompok sosial yang terpisah akibat faktor sosial dan psikologis atau kebudayaan
4) Mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah

Akomodasi sebagai sebuah proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu:
1) Koersi, yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan secara fisik maupun psikologis
2) Kompromi, yaitu bentuk akomodasi ketika pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian
3) Arbitrase, yaitu cara untuk mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak.
4) Mediasi hampir menyerupai arbitrase. Dalam proses mediasi, kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasihat. Pihak ketiga tidak memiliki wewenang mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah
5) Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang bertikai untuk mencapai kesepakatan.
6) Toleransi, bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan formal.
7) Stalemate, terjadi ketika pihak-pihak yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang hingga akhirnya kedua pihak menghentikan pertikaian tersebut.
8) Ajudikasi, yaitu cara menyelesaikan masalah melalui pengadilan
9) Segregasi, yaitu bentuk akomodasi ketika masing-masing pihak memisahkan diri dan saling menghindar untuk mengurangi ketegangan
10) Eliminasi, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik karena mengalah
11) Subjugation atau domination, yaitu bentuk akomodasi ketika pihak yang kuat meminta pihak yang lebih lemah menaatinya.
12) Keputusan mayoritas, yaitu keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dalam voting
13) Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh pihak minoritas
14) Konversi, yaitu penyelesaian konflik ketika salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain
15) Gencatan senjata, yaitu penundaan permusuhan dalam jangka waktu tertentu

c. Asimilasi
Asimilasi merupakan usaha mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan bersama. Dalam asimilasi terjadi proses identifikasi diri dengan kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila dua kelompok melakukan asimilasi, maka batas-batas antarkelompok akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok yang baru.
Faktor-faktor yang mempermudah proses asimilasi adalah sebagai berikut
1) Sikap toleransi
2) Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi
3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4) Sikap terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat
5) Persamaan unsur kebudayaan
6) Perkawinan campuran (amalgamasi)
7) Adanya musuh bersama dari luar

Asimilasi
Asimilasi
Sebaliknya, faktor-faktor yang menghalangi proses asimilasi adalah sebagai berikut
1) Terisolasinya kehidupan satu golongan tertentu dalam masyarakat
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
3) Adanya perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi
4) Adanya perasaan bahwa suatu kebudayaan atau golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok yang lain
5) Adanya in group feeling yang kuat.
6) Adanya gangguan golongan mayoritas terhadap golongan minoritas
7) Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi

d. Akulturasi
Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-masing.

Akulturasi
Akulturasi
Proses sosial yang Bersifat Disosiatif
Proses sosial disosiatif atau oposisi dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu persaingan, kontravensi, dan pertentangan.
a. Persaingan
Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu ciri dari persaingan adalah perjuangan yang dilakukan secara damai dan sportif (fair play), artinya persaingan selalu menjunjung tinggi batasan dan aturan.

b. Kontravensi
Kontravensi pada hakikatnya merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan ketidakpuasan seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, dan keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi cenderung bersifat rahasia. Perang dingin merupakan salah satu contoh kontravensi karena tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini lawan tidak diserang secara fisik tetapi secara psikologis. Lima bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, klik di sini.

c. Pertentangan
Pertentangan atau konflik adalah perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan. Bisanya, konflik disertai dengan ancaman atau kekerasan. Pertentangan tidak selalu bersifat negatif. Pertentangan juga dapat menjadi alat untuk menyesuaikan norma-norma yang telah ada dengan kondisi baru yang sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pertentangan dapat pula menghasilkan kerja sama karena masing-masing pihak dapat saling berintrospeksi dan memperbaiki diri. Mengenai bentuk-bentuk konflik sosial, klik di sini.

Hubungan Individu dan Kelompok
Secara umum, interaksi sosial dapat terjadi antarindividu, antara individu dan kelompok, serta antarkelompok.
a. Hubungan sosial antarindividu
b. Hubungan sosial antara individu dengan kelompok
c. Hubungan sosial antarkelompok, menurut Kinloch, hubungan antarkelompok memiliki beberapa kriteria sebagai berikut.
1) Kriteria fisiologis, didasarkan pada persamaan jenis kelamin, usia, dan ras
2) Kriteria kebudayaan, diikat oleh persamaan budaya, seperti kelompok etnik suku bangsa, ataupun persamaan agama
3) Kriteria ekonomi, dibedakan antara mereka yang memiliki kekuasaan ekonomi dan yang tidak
4) Kriteria perilaku, didasarkan pada cacat fisik, cacat mental, dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat

Sementara itu dimensi hubungan antarkelompok dan pola hubungan antarkelompok dapat dilihat di sini.

Hubungan antara keteraturan sosial dan interaksi sosial
Keteraturan sosial tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus diusahakan oleh setiap warga. Keteraturan sosial merupakan hubungan yang selaras dan serasi antara interaksi sosial, nilai sosial, dan norma sosial. Artinya, hak dan kewajiban direalisasikan dengan nilai dan norma atau tata aturan yang berlaku. Keteraturan sosial bukanlah suatu keadaan statis karena masyarakat pada dasarnya bersifat dinamis, oleh karena itu harus senantiasa diusahakan.

Menurut proses terbentuknya, keteraturan sosial terjadi melalui tahap-tahap berikut.
1) Tertib sosial (social order), yaitu suatu kondisi kehidupan masyarakat yang aman, dinamis, dan teratur ditandai dengan setiap individu bertindak sesuai hak dan kewajibannya.
2) Order yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat
3) Keajegan yaitu suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak berubah sebagai hasil dari hubungan antara tindakan, nilai, dan norma sosial yang berlangsung terus menerus.
4) Pola yaitu corak hubungan yang tetap atau ajeg dalam interaksi sosial dan dijadikan model bagi semua anggota masyarakat atau kelompok. Pola dapat dicapai ketika keajegan tetap terpelihara atau teruji dalam berbagai situasi.

Tertib sosial warga Menghasilkan order (adat-istiadat), yaitu perilaku tertentu yang diikuti oleh hampir sebagian anggota masyarakat. Order ini kemudian menjadi keajegan dalam masyarakat. Keajegan dalam perilaku masyarakat tersebut kemudian menghasilkan pola. Akhirnya, terciptalah keteraturan sosial dalam kehidupan masyarakat.

Tahap Keteraturan Sosial
Tahap Keteraturan Sosial
D. Status dan Peran dalam Interaksi Sosial
Status dan peran seseorang mempengaruhi cara atau bentuk interaksi sosialnya.
Status (kedudukan)
Merupakan posisi seseorang secara umum di masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulannya, prestise, hak-hak dan kewajibannya.
Menurut Ralf Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga macam status:
1) Ascribed status, merupakan status seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut dapat diperoleh sejak lahir.
2) Achieved status, merupakan status yang diperoleh seseorang melalui usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan individu dalam mencapai tujuannya. Jenis status ini bersifat terbuka bagi siapa saja.
3) Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Assigned status berhubungan erat dengan achieved status. Artinya suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa.

Dalam kenyataan masyarakat, seseorang dapat mempunyai beberapa status. Bahkan dalam waktu bersamaan dia dapat menjalankan beberapa status sekaligus. Beragam status yang dimiliki seseorang tersebut dapat menimbulkan pertentangan atau konflik status (status konflik).

Peran
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Peran adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain terhadap seseorang dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peran tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa peran. Sama seperti status, peran dapat dimiliki manusia sejak lahir atau diperoleh dari lingkungan sosial. Peran-peran tersebut harus dilaksanakan sekaligus. Di sinilah akan terjadi konflik peran.

konflik peran
Konflik Peran
Ket. klik warna biru untuk link

Berikutnya. E. Lembaga Sosial

Download


Lihat Juga
1. Materi Pertemuan 3. Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial Kelas X IPS [With Voice] Youtube Link. https://youtu.be/loKl5rZFncA
2. Video Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial (Youtube Chanel. https://youtu.be/BvFqt8o5-5g ) Jangan lupa like, komen, dan subscribe yah...
3. Video Hubungan sosial (Youtube Chanel. https://youtu.be/UfrFlG88M98 ) Jangan lupa like, komen, dan subscribe yah...
4. [Video] Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial Bagian (1) (Youtube Chanel. https://youtu.be/3mDJHNZkQYU )
5. Video Interaksi Sosial dalam Dinamika Kehidupan Sosial (Youtube Chanel. https://youtu.be/J0er5snjlsI ) Jangan lupa like, komen, dan subscribe yah.
6. Video Lembaga Sosial (Youtube Chanel. https://youtu.be/G1rVQeEPfUQ ) Jangan lupa like, komen, dan subscribe yah.

Sumber
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi; Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial; untuk SMA/MA Kelas X. Esis Erlangga. Jakarta


Soal-Soal
1. Soal Pilihan Ganda
2. Soal Esai
3. Soal Pilihan Ganda Evaluasi Semester 1
4. Soal Esai Evaluasi Semester 1
5. Soal Uji Kompetensi Pilihan Ganda
6. Soal Uji Kompetensi Uraian
7. Soal Uji Kompetensi Pilihan Ganda Evaluasi Semester 1
8. Soal Uji Kompetensi Uraian Evaluasi Semester 1

Soal-Soal Lain
1. Soal-soal Standar Ujian Nasional. Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial Klik di Sini
2. Soal-soal Simulasi Ujian Nasional Sosiologi Kategori C4 dan C5 (HOTS). Materi Hubungan Sosial Klik di Sini
3. Soal-Soal Sosiologi Kelas X. Kompetensi Interaksi Sosial Klik di Sini
4. Soal-Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Sosiologi Materi Kelas X Bab 3. Interaksi Sosial dalam Dinamika Kehidupan Sosial Klik di Sini
5. Soal Ujian Nasional Sosiologi 2012-2017 Kompetensi Interaksi Sosial Klik di Sini 

Media
1. Power Point Bag. 1
2. Power Point Bag. 2
3. PowerPoint PR Sosiologi 10 A Ed. 2019
4. Video Penunjang
5. Materi Pengayaan Sosiologi. Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial

Perangkat Pembelajaran 
1. Perangkat Pembelajaran Buku Kerja I Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
2. Perangkat Pembelajaran Buku Kerja II Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
3. Analisis Alokasi Waktu Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
4. Program Tahunan Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
5. Program Semester Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
6. Silabus Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
7. Rekapitulasi Metode Pembelajaran Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
8. Penentuan KKM-KBM Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
9. Jurnal Guru Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
10. RPP Ke-1 Sosiologi Kelas X Semester Ganjil
11. RPP Ke-2 Sosiologi Kelas X Semester Ganjil 


Kamus
1. Kamus Sosiologi
2. Glosarium Sosiologi. Materi Kelas X
3. Kamus Istilah Sosiologi. Materi Interaksi Sosial 
4. Glosarium Materi Sosiologi Kelas X (Kurikulum Revisi 2016)

Teori-Teori Sosiologi Relevan Materi
1. Biografi dan Autobiografi Tokoh-Tokoh Sosiologi
2. Konstruksi Teoretis Teori-Teori Sosiologi
3. Polemik Internal Teori-Teori Sosiologi
4. Teori-Teori Sosiologi dari Klasik, Kontemporer, dan Postmodern

Teori-Teori Filsafat Relevan Materi
1. Biografi Filsuf
2. Aliran-Aliran Filsafat
3. Teori-Teori Filsafat dari Yunani, Modern, dan Postmodern
4. Teori-Teori Cultural Studies

Artikel Terkait Lainnya
1. Artikel Sosiologi Terkait Materi
2. Pengetahuan Umum Terkait Materi
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Materi Sosiologi Kelas X Bab 2.1 Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Revisi 2016)"