Etika Harmoni dalam Perbandingan dengan Etika Barat
![]() |
Harmoni Sosial |
Kita memahami etika Barat sebagai konsepsi etis yang telah berkembang melalui Pencerahan Eropa. Etika ini menunjukkan perbedaan yang jelas dari etika harmoni. Etika Pencerahan sebagaimana dirumuskan oleh Immanuel Kant memiliki ciri kewajiban yang diturunkan dari disposisi suara hati.
Kita dapat menganggap etika harmoni sebagai etika kebijaksanaan atau etika keutamaan. Etika ini berdasarkan pada pandangan dunia mitis bahwa jagad cilik (mikrokosmos) atau individu seharusnya berada dalam hubungan yang harmonis dengan jagad gede (makrokosmos) atau lingkungan alamiah dan sosial. Termasuk dalam asas harmoni ini juga kesatuan mitis antara penguasa dan rakyatnya (manunggaling kawula lan gusti). Kebaikan tertinggi bagi orang Jawa adalah harmoni kosmis atau—demikian sebutan orang Jawa—keadaan slamet (selamat) yang di dalam pengalaman subjektif tercermin sebagai katentreming ati (kedamaian batiniah). Keadaan ini terwujud lewat harmonisasi diri individu dengan masyarakat dan lingkungan alamiahnya. Slamet itu, menyerupai eudaimonia pada Aristoteles, bukanlah tujuan instrumental; keadaan itu tidak dicapai, melainkan dialami. Seorang yang bijaksana dan berkeutamaan bertindak tepat menurut tuntutan-tuntutan etika harmoni dan dengan jalan itu dia mengalami ketenangan batiniah dan kebahagiaan. Karena mendasarkan diri pada the idea of good life dan bukan pada the idea of justice, etika harmoni lebih dekat pada etika Aristotelian daripada etika Kantian dalam filsafat Barat. Manusia tidak berada di pusat, karena etika harmoni itu berciri kosmosentris dan mendekati filsafat pra-Sokratik.
Ket. klik warna biru untuk link
Download
Tuntutan-Tuntutan Etika Harmoni
Sumber
Hardiman, Budi.F. 2001. Hak-Hak Asasi Manusia; Polemik dengan Agama dan Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta
Post a Comment for "Etika Harmoni dalam Perbandingan dengan Etika Barat"