Pemikiran dan Karya Malik Ibnu Nabi
Table of Contents
![]() |
Malik Ibnu Nabi |
Negara-negara Asia-Afrika dalam membentuk kebudayaan masing-masing tidak harus terhambat oleh ras, agama, bahasa dan suku karena yang menjadi patokan dalam hal ini semestinya adalah kepentingan bersama untuk mengangkat derajat manusia, dengan menghapuskan penjajah di muka bumi, serta berupaya untuk memakmurkan warga masing-masing dalam semangat kebersamaan Dunia Ketiga. Untuk itu, Ibnu Nabi mengatakan bahwa aspek utama yang harus diupayakan Dunia Ketiga adalah membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, baik penjajahan fisik, ekonomi, politik, maupun akidah. Dunia Ketiga memiliki sumber daya manusia yang cukup besar dan mempunyai sumber daya alam yang melimpah, yang tidak dimiliki Barat. Oleh sebab itu Dunia Ketiga harus bersatu dalam semangat konferensi Bandung.
Dalam buku Fikrah Commonwealth Islam (Pemikiran Persemakmuran Islam), Ibnu Nabi menekankan pentingnya kesatuan dan persatuan Dunia Ketiga dalam menghadapi Barat. Dalam kaitan ini, ia menekankan perbedaan yang tajam antara Persemakmuran Inggris dan Persemakmuran Islam. Persemakmuran Islam yang dimaksudkannya adalah kesatuan umat, sedangkan Persemakmuran Inggris merupakan kesatuan pemerintah. Di samping itu Persemakmuran Islam bertujuan agar umat Islam di berbagai belahan dunia Islam terbebas dari keterbelakangan dan penjajahan akidah. Ibnu Nabi mengatakan bahwa persoalan mendasar bagi umat Islam ialah akidah, yaitu keyakinan mereka terhadap agama mereka. Umat Islam tidak dapat memanfaatkan akidahnya sebagai basis kekuatan mereka dalam menghadapi persoalan hidup dan kehidupan mereka sendiri. Umat Islam tidak berjalan di atas rel lurus yang telah dibangun oleh agama mereka sendiri. Inilah yang menyebabkan mereka tetap terbelakang dan dijajah.
Ia juga menyumbangkan pemikiran untuk membebaskan negerinya dari jajahan Prancis. Pada tanggal 24 Februari 1964 ia memberikan ceramah umum di hadapan warga Aljazair mengenai bagaimana mengatasi persoalan masyarakat dan negara Aljazair sendiri. Hasil ceramahnya ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan dibukukan dengan judul Musykilah al-Mafhumiyyah (Persoalan Pemahaman). Dalam buku ini kembali ia mengulangi keyakinannya bahwa persoalan yang paling mendasar yang dihadapi umat Islam Aljazair adalah persoalan ideologi dan akidah. Akidah Islam semestinya menjadi motor penggerak bagi setiap pribadi dan masyarakat untuk bangkit dari keterbelakangan dan kemiskinan mereka. Dengan akidah inilah umat Islam bisa bersatu melawan penjajah dan kemudian membangun diri mereka menjadi pribadi, masyarakat, dan bangsa terhormat. Negara harus lebih banyak memikirkan kepentingan dan kemaslahatan warganya, sehingga kekayaan negara dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan rakyat.
Sesuai dengan kondisi zamannya, Ibnu Nabi banyak berbicara dan menyumbangkan pikiran tentang bagaimana mengatasi penetrasi Barat ke Dunia Ketiga, khususnya dunia Islam. Dalam konteks ini tidak sedikit karya tulis yang dihasilkannya. Di samping buku-buku yang telah disebutkan, karya lainnya berjudul Afaq Jaza’iriyyah (buku yang secara khusus berbicara tentang persoalan Aljazair) yang ditulisnya ketika bermukim di Cairo (1956) dan Hadis fi al-Bina al-Jadid (Bahasan tentang Pembangunan Baru). Kemudian pada tanggal 1 Januari 1961 ia menyelesaikan bukunya Le Phenomine Qoranique (Fenomena Al-Qur’an) yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Abdus Sabur Saheen dengan judul Zahiriyyah Al-Qur’an, dan pada tahun 1983 diindonesiakan dengan judul Fenomena Al-Qur’an oleh Saleh Mahfoed dan diterbitkan oleh al-Ma’arif, Bandung.
Ket. klik warna biru untuk link
Download
Sumber
Suplemen Ensiklopedi Islam Diterbitkan Oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta Tahun 1996
Baca Juga
Malik Ibnu Nabi. Sekilas Biografi Pemikiran dan Karya
Post a Comment