Protagoras. Ajaran tentang Negara

Table of Contents
Ajaran tentang Negara Protagoras
Protagoras
Dalam karya yang bernama Tentang keadaan yang asali Protagoras memberi suatu teori tentang asal usul negara. Teori ini dipengaruhi di satu pihak oleh pengalaman yang sudah disebut sebelumnya, yakni bahwa tiap-tiap negara mempunyai adat kebiasaan sendiri dan di lain pihak oleh kenyataan bahwa pada waktu itu banyak kota perantauan masing-masing mendapat undang-undang baru. Kita sudah mendengar bahwa Protagoras sendiri juga menyusun undang-undang demikian. Protagoras berpendapat bahwa negara tidak berdasarkan kodrat, tetapi diadakan oleh manusia sendiri. Ia melukiskan timbulnya negara sebagai berikut.

Mula-mula manusia hidup sendiri. Tetapi dalam keadaan itu ia mengalami rupa-rupa kesulitan, seperti gangguan dari pihak binatang buas, bencana alam dan lain sebagainya. Karena ia tersendiri merasa lemah dan tidak berdaya, ia mulai berkumpul dengan teman-teman manusia lainya dalam kota-kota. Tetapi cepat sekali ia mengalami bahwa hidup bersama tidak gampang pula. Dengan suatu mitos, Protagoras menerangkan bagaimana kesulitan baru ini diatasi. Seorang dewa berkunjung kepada manusia dan menyerahkan kepada mereka dua anugerah: keinsyafan akan keadilan (dike) dan hormat kepada orang lain (aidos). Berkat kedua bakat ini manusia dapat hidup bersama. Ia sendiri dapat mengadakan undang-undang. Jadi, undang-undang tertentu tidak lebih benar daripada undang-undang lain. Tetapi undang-undang ini lebih cocok dengan masyarakat ini dan undang-undang lain lebih cocok dengan masyarakat lain. Rupanya dalam bidang sosial juga manusia adalah ukuran.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini

 
Sumber.

Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius. Yogyakarta

Baca Juga
1. Protagoras. Biografi dan Karya
2. Protagoras. Ajaran tentang Pengenalan
3. Protagoras. Seni Berdebat 
4. Protagoras. Ajaran tentang Dewa-Dewa
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment