Proses Sosial dan Interaksi Sosial

Proses Sosial dan Interaksi Sosial
Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.

Interaksi Sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

Halnya yang sudah kita pelajari pada Bab 3 Materi Kelas X, berlangsungnya interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang sangat kompleks, sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut.

Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat berikut, yaitu adanya kontak sosial (social-contact), dan adanya komunikasi. Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi secara harfiah artinya adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Namun secara gejala sosial hal tersebut tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, apalagi dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi yang tidak memerlukan hubungan badaniah. Kontak dalam hal ini adalah bahwa masing-masing pihak sadar akan kedudukannya masing-masing dan masing-masing bersiap untuk mengadakan interaksi sosial, di mana satu pihak memberikan instruksi-instruksi tersebut.

Kontak sosial dapat bersifat positif maupun negatif. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Halnya suatu kontak dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara. Kontak sekunder pun dibagi lagi menjadi kontak sekunder langsung dan kontak sekunder tidak langsung (Lebih lengkap baca materi kelas X bab 3).

Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Demikian, dengan adanya komunikasi, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang-perseorangan dapat diketahui kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. hal tersebut kemudian menjadi bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Apakah suatu kontak dapat dipisahkan dari komunikasi dalam mewujudkan interaksi sosial? Jawabannya ya, suatu kontak dapat terjadi tanpa komunikasi, salah satu contohnya dua orang yang berbicara tanpa mengerti bahasa masing-masing.

Dalam komunikasi mungkin sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Dengannya, komunikasi memungkinkan suatu kerja sama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi tersebut menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing pihak tidak mau mengalah.

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), bahkan dapat juga berbentuk pertentangan (conflik). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian, di mana penyelesaian tersebut hanya dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi (accomodation); di mana hal tersebut memiliki arti bahwa kedua belah pihak belum tentu puas sepenuhnya. Keadaan yang terakhir merupakan bentuk keempat dari interaksi sosial.

Gillin dan Gillin menggolongan interaksi sosial dalam dua bentuk yaitu, interaksi sosial yang menghasilkan proses-proses asosiatif, dan interaksi sosial yang menghasilkan proses-proses disosiatif.
1. Proses-proses yang Asosiatif
a. Kerja Sama (cooperation)
Kerja sama ini dibedakan lagi dengan: kerjasama spontan (spontaneous cooperation), kerjasama langsung (directed cooperation), kerja sama kontrak (contractual cooperation) dan kerja sama tradisional (traditional cooperation). Kerja sama spontan adalah kerjasama yang serta merta, kerja sama langsung merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, sedangkan kerja sama kontrak merupakan kerja sama atas dasar tertentu, dan kerja sama tradisional merupakan bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.

b. Akomodasi
Pengertian
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses di mana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses di mana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Demikian, akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Tidak selamanya suatu akomodasi sebagai proses akan berhasil sepenuhnya. Di samping terciptanya stabilitas dalam beberapa bidang, mungkin sekali benih-benih pertentangan dalam bidang-bidang lainnya masih tertinggal, yang luput diperhitungkan oleh usaha-usaha akomodasi terdahulu. Benih-benih pertentangan yang bersifat laten tadi (seperti prasangka) sewaktu-waktu akan menimbulkan pertentangan baru.  Adapun bentuk-bentuk akomodasi di antaranya, coercion, compromise, arbitration, mediation, conciliation, toleration, stalemate, adjudication. (lebih lengkap silahkan buka Materi Kelas X Bab 3).

c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Apabila orang-orang melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat, dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan bahwa mereka dianggap sebagai orang asing. Dalam proses asimilasi, mereka mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Apabila dua kelompok manusia mengadakan asimilasi, batas-batas antara kelompok-kelompok tadi akan hilang dan keduanya lebur menjadi satu kelompok. Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walau kadang kala bersifat emosional dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran dan tindakan.

Dalam proses asimilasi terdapat beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
1) Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, di mana pihak lain tadi berlaku sama.
2) Interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan.
3) Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer
4) Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola asimilasi tersebut.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi antara lain adalah:
1. Toleransi
2. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. Perkawinan campuran (amalgamation)
7. Adanya musuh bersama dari luar

Adapun faktor-faktor yang menghambat asimilasi di antaranya adalah kehidupan yang terisolasi, tidak punya pengetahuan budaya yang lain, perasaan takut pada budaya lain, ada perbedaan ciri fisik, in-group feeling yang kuat, perbedaan kepentingan dan lain-lain.

2. Proses Disosiatif
Sering disebut juga sebagai oppositional processes, apakah suatu masyarakat lebih menekankan pada salah satu bentuk oposisi, atau lebih menghargai kerja sama sangat tergantung pada unsur-unsur kebudayaan terutama yang menyangkut sistem nilai, struktur masyarakat, dan sistem sosialnya. Masyarakat Amerika Serikat misalnya, bersifat kompetitif; berhasilnya seseorang ditentukan oleh faktor materi dan individualisme sangat dihargai, hal ini terutama disebabkan oleh latar belakang sejarah masyarakat tersebut. Sebaliknya, masyarakat Indonesia pada umumnya bersifat kooperatif  karena sistem nilai dalam masyarakat kita lebih menghargai bentuk kerja sama ketimbang bentuk sosial yang bersifat disosiatif.

Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya makanan, tempat tinggal, serta faktor-faktor lain telah melahirkan beberapa bentuk kerja sama dan oposisi. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence). Pengertian yang dipopulerkan oleh Charles Darwin tersebut memiliki pengertian bahwa terdapat oppositional processes atau menggambarkan suatu ketergantungan antarmanusia yang menimbulkan kerja sama untuk tetap hidup.

Oposisi atau proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu;

a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan memiliki dua tipe umum, yakni yang bersifat pribadi atau dinamakan rivary dan tidak pribadi (kelompok). Adapun beberapa bentuk persaingan di antaranya adalah persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.

Adapun fungsi-fungsi dari persaingan di antaranya adalah,
1) Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif
2) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
3) Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial
4) Sebagai alat penyaring para warga golongan karya (fungsional)

Hasil atau out-put dari persaingan di antaranya,
1) Perubahan pada kepribadian seseorang
2) Kemajuan
3) Solidaritas kelompok
4) Disorganisasi

b. Kontravensi (Contravention)
Pengertian
Kontravensi pada hakikatnya merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Dalam bentuknya yang murni, kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Di mana sikap tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.

Beberapa bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker (Systematic Sociology, bab 19:1932);
1) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
2) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan pembuktian kepada pihak lain, dan seterusnya.
3) Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain, dan seterusnya.
4) Yang rahasia, umpamanya mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat, dan seterusnya
5) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain, umpamanya dalam kampanye partai-partai politik dalam pemilihan umum

Terdapat tiga tipe umum kontravensi menurut von Wiese dan Becker (Systematic Sociology, 163-268:1932), yaitu kontravensi generasi masyarakat, kontravensi yang menyangkut seks, dan kontravensi parlementer. Kontravensi, apabila dibandingkan dengan persaingan dan pertentangan atau pertikaian, bersifat agak tertutup atau rahasia. Perang dingin (cold war), misalnya, merupakan bentuk kontravensi karena tujuannya adalah untuk membuat lawan tidak tenang. Dalam hal ini lawan tidak diserang secara fisik, tetapi secara psikologis (psychologycal walfare atau perang urat syaraf).

c. Pertentangan (Pertikaian atau Conflik)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku dan seterusnya—dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada sehingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian (conflict). Perasaan memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan tersebut sedemikian rupa sehingga masing-masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan. Perasaan tersebut biasanya berwujud amarah dan rasa benci yang menyebabkan dorongan-dorongan untuk melukai atau menyerang pihak lain, atau untuk menekan dan menghancurkan individu atau kelompok yang menjadi lawan. Pertentangan atau pertikaian (selanjutnya disebut pertentangan saja) merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai ancaman dan atau kekerasan. Sebab-musabab atau akar-akar dari pertentangan antara lain karena perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.

Walaupun pertentangan merupakan suatu proses disosiatif yang agak tajam, pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif bagi masyarakat. Pertentangan di dalam bentuk yang lunak dan dapat dikendalikan biasanya digunakan dengan sengaja di dalam seminar atau diskusi-diskusi ilmiah. Dengannya, apakah suatu pertentangan membawa akibat-akibat yang positif atau tidak tergantung dari persoalan yang dipertentangkan dan juga dari struktur sosial di mana pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai, atau kepentingan. Sepanjang pertentangan tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu, pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif. Oleh karena itu, ia mempunyai kecenderungan untuk memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu maupun bagian-bagian kelompok.

Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Karena timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya terlah tercapai, tidak dihiraukan lagi. Maka, diadakan perubahan-perubahan dalam hubungan antara kekuatan-kekuatan tersebut sehingga tercapai keseimbangan kembali. Lagi pula, suatu pertentangan dapat pula menghasilkan kerja sama karena dengan terjadinya pertentangan, masing-masing pihak akan mengadakan introspeksi, kemudian mengadakan perbaikan-perbaikan. Dengan usaha-usaha demikian, masing-masing akan mengetahui kelemahan-kelemahannya. Masing-masing akan bekerja sama. Dengan demikian, kelemahan-kelemahan dapat ditutupi. Atau sebaliknya, pertentangan dapat memberi batas-batas yang lebih tegas sehingga masing-masing pihak sadar akan kedudukannya dalam masyarakat.

Masyarakat biasanya mempunyai sarana-sarana untuk menyalurkan benih-benih permusuhan; alat-alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-valve institutions. Savety-valve institutions menyediakan objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai agar tersalur ke arah lain. Sudah tentu safety-valve institutions hanya bersifat sementara karena harus diukur sampai di mana kekuatannya mengalihkan perhatian. Savety-valve institutions ini sangat diperlukan dalam masyarakat yang struktur sosialnya tidak begitu elastis.

Beberapa bentuk pertentangan di antaranya adalah pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antara kelas-kelas sosial, pertentangan politik, pertentangan yang bersifat internasional. Adapun akibat-akibat pertentangan tersebut adalah tambahnya solidaritas in-group, retaknya kesatuan sebuah kelompok, perubahan kepribadian para individu, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia, akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak. 


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 3. Interaksi Sosial dalam Dinamika Kehidupan Sosial (KTSP)
2. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 2. Hubungan Sosial (Kurikulum 2013)
3. Materi Sosiologi Kelas X Bab 2.1 Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas X Bab 2.2 Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
5. Materi Ujian Nasional Kompetensi Interaksi Sosial
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Proses Sosial dan Interaksi Sosial"