Pemikiran Filosofis George Edward Moore (1873-1959)

Pemikiran Filosofis George Edward Moore
George Edward Moore
Moore mengarang dua buku tentang etika: Principia ethica (1903) dan—dalam bentuk lebih popular—Ethics (1912). Ia tidak menolak etika normatif dan dalam buku-bukunya ia juga membahas masalah-masalah yang menyangkut etika normatif, tetapi terutama ia menganalisis konsep-konsep dan argumentasi-argumentasi yang dipakai dalam etika (jadi, ia mempraktekan apa yang sekarang dikenal sebagai metaetika). Buku Principia ethica untuk sebagian besar terdiri dari penelitian yang saksama tentang arti kata baik. Suatu bagian yang terkenal dalam penelitian ini adalah kritiknya atas kekeliruan naturalistis (naturalistic fallacy). Dengan kekeliruan naturalistis dimaksudkan oleh Moore setiap usaha untuk menyamakan baik dengan suatu ciri naturalistis. Misalnya, kekeliruan ini dilakukan oleh hedonism yang menyamakan baik dengan menyenangkan. Bagi mereka, x itu baik sama artinya dengan x itu menyenangkan. Tetapi hal itu tidak dapat dipertahankan, terutama karena dua alasan berikut ini. Pertama, kalau seandainya baik dan menyenangkan sama artinya, maka mustahillah untuk mengatakan bahwa sesuatu adalah baik tetapi tidak menyenangkan atau sesuatu adalah menyenangkan tetapi tidak baik. Padahal, bisa saja kita mengatakan demikian dan pada kenyataannya lazim dibuat.Dan alasan kedua, kalau seandainya baik dan menyenangkan sama artinya, maka pertanyaan apakah yang menyenangkan itu baik? Haruslah sama artinya juga dengan pertanyaan apakah yang baik itu baik? namun demikian kita yakin bahwa pertanyaan pertama betul-betul mempunyai arti dan tidak boleh disetarafkan dengan pertanyaan kedua yang sepele itu. Moore sendiri berpendapat bahwa kata baik tidak dapat didefinisikan, karena tidak mungkin diasalkan kepada suatu konsep yang lebih jelas lagi.

Moore juga tidak menolak metafisika. Tetapi ia sendiri tidak mempraktekan cabang filsafat ini. Terutama dalam bidang ini menjadi jelas bahwa dia seorang philosophers’ philosopher. Secara teoretis ia mengakui metafisika sebagai cabang filsafat yang penting sekali, tetapi praktis ia membatasi diri pada mengkritik pendirian-pendirian metafisis dari orang lain. Karena itu secara tidak langsung ia menyumbangkan kepada timbulnya sikap skeptik terhadap metafisika yang menandai filsafat Inggris di kemudian hari.

Hal yang sama dirumuskan dengan mengatakan bahwa Moore mempraktekkan analysis. Untuk sebagian besar uraian-uraian filosofis Moore terdiri dari analisis tentang pendapat-pendapat tertentu. Dengan analisis dimaksudkan di sini tidak lain daripada menjelaskan suatu pikiran, mengeksplisitasikan semua hal yang tersimpul di dalamnya, merumuskan dengan kata lain, memecahkan suatu persoalan ke dalam detail-detail kecil. Mendengar itu barangkali kita menarik kesimpulan bahwa usaha Moore itu sederhana sekali. Dalam arti yang tertentu hal itu benar juga. Tetapi orang harus mengalami sendiri cara yang terperinci dan orisinal yang ditempuh Moore dalam membahas hal-hal yang serba biasa, untuk dapat menilai pemikirannya sebagai suatu usaha filosofis yang segar dan menarik. Buat Moore, yang paling penting ialah mengalimatkan pertanyaan-pertanyaan dengan jelas dan tepat. Banyak persoalan dalam filsafat ternyata tidak lain daripada persoalan semu dan menghilang begitu saja, kalau diselidiki dengan cermat apakah yang sebenarnya mau ditanyakan dengannya.

Tidak mengherankan kiranya jika Moore menggunakan metode ini terutama untuk mengkritik idealism. Dalam hal ini karangan Moore yang termasyur adalah artikel The refutation of idealism yang dimuat dalam majalah Mind pada tahun 1903. Tidak dapat disangsikan bahwa idealism mengemukakan pendapat-pendapat yang menyimpang dari akal sehat, seperti misalnya segala sesuatu bersifat spiritual, tidak ada dunia material di luar kita dan waktu tidak real. Orang biasa yang tidak berpendidikan akan merasa heran, jika ia mendengar pendapat-pendapat serupa itu, karena sama sekali bertentangan dengan keyakinan akal sehat. Moore turut merasa heran dan memihak pada akal sehat (common sense). Maksudnya adalah memperlihatkan bukan bahwa anggapan-anggapan akal sehat selalu benar, melainkan bahwa sering kali akal sehat mempunyai anggapan yang lebih masuk akal daripada pendapat berbelit-belit yang dikemukakan para filsuf.

Moore sendiri membantah dengan sangat bahwa filsafatnya terbatas pada analisis saja. Tetapi kenyataannya filsafatnya sendiri sebagian besar terdiri dari analisis-analisis. Dan ia mempraktekan metode analisis ini dengan ketelitian yang mengagumkan. Itu menampilkan kesan bahwa filsafat tidak lain daripada penjelasan. Dengan demikian mau tidak mau Moore menjadi perintis bagi suatu gerakan yang baru dalam pemikiran Inggris, yaitu filsafat analitis (philosophical analysis, philosophy of analysis, analytical philosophy, linguistic analysis). Mereka yang termasuk aliran ini tidak begitu memperdulikan kebenaran, melainkan memusatkan perhatian pada makna ucapan-ucapan kita. Buat mereka pertanyaan pokok bukannya is it true?, melainkan what is the meaning? Sebagai objek penyelidikannya mereka lebih jelas memilih ucapan-ucapan dalam Bahasa sehari-hari (the ordinary language), sedangkan Moore masih memperhatikan pikiran-pikiran dan konsep-konsep.

Biarpun Moore tidak menulis banyak, pengaruhnya atas perkembangan filsafat di Inggris besar sekali. Selain buku-buku tentang etika yang sudah disebut di atas, buah-buah penanya hanya berupa ceramah dan artikel saja. Yang paling penting di antaranya telah dikumpulkan dan diterbitkan: Philosophical Studies, London, 1922; Some Main Problem of Philosophy, London, 1953 (ceramah-ceramah yang sudah diberikan pada tahun 1910-1911). Catatan-catatan pribadi Moore dan teks beberapa kuliah diterbitkan oleh C. Lewy:The Commonplace Book of G.E. Moore, 1919-1953, London 1963; Lectures on Philosophy, London, 1966.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini


Baca Juga
George Edward Moore. Biografi dan Karya

Sumber.
Bertens, Kees. 2002. Filsafat Barat Kontemporer: Inggris-Jerman. Jakarta. Gramedia
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pemikiran Filosofis George Edward Moore (1873-1959)"