Paradigma Sosiologi. Terpadu
George Ritzer dan Paradigma Terpadu |
Sosiolog yang bekerja dalam paradigma fakta sosial memusatkan perhatian kepada struktur makro masyarakat. Berpedoman pada karya Durkheim sebagai exemplar mereka. Mempergunakan teori fungsionalisme struktural dan teori konflik. Berkecenderungan menggunakan metode interview atau kuesioner dalam penelitiannya.
Sosiolog yang menerima paradigma definisi sosial memusatkan perhatiannya pada aksi dan reaksi yang dihasilkan oleh proses berpikir, sebagai persoalan sosiologi menurut pandangan mereka. Menerima karya Weber tentang aksi sosial sebagai exemplar mereka. Memakai berbagai teori antara lain teori aksi, interaksionisme simbolik dan fenomenologi-etnometodologi. Berkecenderungan mempergunakan metode observasi dalam kegiatan penelitiannya.
Sosiolog yang menerima paradigma perilaku sosial mencurahkan perhatiannya kepada tingkah laku dan perulangan tingkah laku sebagai pokok persoalan sosiologi mereka. Memandang B.F Skinner sebagai exemplar. Bekerja dengan teori pertukaran serta berkecenderungan untuk lebih menyukai metode eksperimen dalam kegiatan penelitiannya.
Karena pendekatan paradigma sosiologi ternyata bersifat sepihak maka pertumbuhan minat dan kesadaran akan pentingnya suatu pendekatan terpadu sudah selayaknya dikembangkan. Merton, dari fungsionalisme-struktural adalah salah seorang di antara sosiolog yang menyatakan bahwa analisa struktural berkait dengan paradigma lain, yang mana masalah polemik sekarang ini tak dapat dipertahankan, berbagai paradigma sosiologi itu bersifat saling melengkapi daripada berlawanan secara mendasar seperti dikatakan kebanyakan orang.
Lebih khusus lagi Merton menyatakan, beberapa ide dalam analisa struktural dan interaksionisme-simbolik terhadap pengertian yang sama saling bertolak-belakang walaupun dapat juga dikatakan saling memperkaya. Penganut paradigma definisi sosial, Mehan dan Wood menyatakan bahwa etnometodologi dimulai dengan menerima realitas alam eksternal dan yang memaksa. Diantara penganut behaviorisme, terdapat Staats yang berbalik kepada asal-muasal yang mengintegrasikan proses berpikir manusia (yakni mental kreatif) dengan pandangan behavioral tradisional. Demikian penganut sociobiology yang baru pun mampu melihat perdamaian antara pendekatan mereka dengan orientasi sosiologi yang lain. Contohnya Edward E. Wilson mengakui bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kultur dalam arti bahwa sebagian besar, bahkan mungkin seluruh perbedaan antara masyarakat didasarkan atas perbedaan pengalaman kultural. Tetapi ini bukan lalu berarti bahwa manusia secara tak terbatas adalah plastis.
1. Exemplar Paradigma Sosiologi Terpadu
Ide kunci dari Paradigma Sosiologi Terpadu yang digagas Ritzer adalah konsepnya tentang tingkatan realitas sosial. Tingkatan di sini lebih merupakan suatu konstruk sosiologis daripada sebagai gambaran keadaan sebenarnya yang ada dalam masyarakat. Untuk maksud tersebut, tingkatan realitas sosial dapat diperoleh dari interrelasi antara dua dasar kontinum sosial, yakni Makroskopik-Mikroskopik dan Objektif-Subjektif. Dimensi makroskopik-mikroskopik berkaitan dengan ukuran besarnya fenomena sosial, mulai dari kehidupan masyarakat sebagai suatu keseluruhan sampai kepada tindakan sosial. Sedangkan kontinum objektif-subjektif, mengacu kepada persoalan apakah fenomena sosial berupa barang sesuatu yang nyata-nyata ada dan berwujud material (seperti birokrasi dan pola-pola interaksi sosial) atau kah berupa barang sesuatu yang adanya hanya di dalam alam ide dan di dalam pengetahuan saja (seperti norma-norma dan nilai-nilai). Secara garis besar paradigma sosiologi yang terpadu harus menjelaskan:
- Kesatuan makro-objektif seperti birokrasi
- Struktur makro-subjektif seperti kultur
- Fenomena mikro-objektif seperti pola-pola interaksi
- Fakta-fakta mikro-subjektif seperti proses pembentukan realitas
Exemplar Paradigma Sosiologi Terpadu |
Exemplar Paradigma Sosiologi Terpadu |
Paradigma fakta sosial memusatkan perhatian terutama kepada realitas sosial pada tingkatan makro-objektif dan makro-subjektif. Paradigma definisi sosial memusatkan perhatian kepada realitas sosial pada tingkatan mikro-subjektif dan sebagian mikro-objektif yang tergantung pada proses-proses mental (tindakan). Paradigma perilaku sosial menjelaskan sebagian realitas sosial pada tingkatan mikro-objektif yang menyangkut tingkah laku yang semata-mata dihasilkan oleh stimulus yang datang dari luar aktor. Ketiganya memotong tingkatan realitas sosial secara horizontal, paradigma terpadu memotong secara vertikal. Demikian, paradigma terpadu tidak perlu menggantikan kedudukan paradigma yang terdahulu, jadi pilihan terhadap paradigma tergantung kepada jenis persoalan yang sedang dipertanyakan. Tak semua persoalan sosiologis memerlukan pendekatan terpadu, paling kurang sebagian di antaranya memerlukan pendekatan terpadu.
Ket. klik warna biru untuk link
Download di Sini
Bagaimana Paradigma Sosiologi? (Bagian 5) (Youtube Link. https://youtu.be/_REy2AcY0Wo)
PPT Konsep Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
Baca Juga
1. Paradigma Fakta Sosial
2. Paradigma Definisi Sosial
3. Paradigma Perilaku Sosial
Lihat Juga
George Ritzer, Biografi, Pemikiran, dan Karya
Sumber.
Ritzer, George. 2009. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Lainnya
1. Paradigma dalam Sosiologi
2. Paradigma Sosiologi
3. Paradigma Sosiologi. Fakta Sosial
4. Paradigma Sosiologi. Definisi Sosial
5. Paradigma Sosiologi. Perilaku Sosial
6. Teori-teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
Penjelasan Mengenai Paradigma Sosiologi di Media Sosial
https://youtu.be/UxRrLPz72PQ?si=LQv4o7rGm4awx2EJ
https://www.instagram.com/p/C62s9q0ROu5/
https://www.tiktok.com/@sosiologisman1cibeber/video/7367982965223181584
Post a Comment