Nobert Elias. Kekuasaan dan Keberadaban

Nobert Elias tentang Kekuasaan dan Keberadaban
Nobert Elias
Jika pembatasan diri adalah kunci bagi proses pemberadaban, maka apa yang dibahas Elias di dalam Power and Civility adalah perubahan-perubahan di dalam pembatasan sosial yang dikaitkan dengan kemunculan hal tersebut didalam pengendalian diri. Akan tetapi, meskipun belakangan menolak dengan jelas pembedaan mikro-makro, Elias nampaknya mengumumkan bahwa di dalam Power and Civility ia sedang membahas level analisa lain yang lebih makroskopik, Jaringan dasar ini yang dihasilkan dari banyak rencana tunggal dan tindakan-tindakan manusia dapat memunculkan perubahan dan pola-pola yang tidak pernah dirancang atau diciptakan individu. Dari interdependensi orang-orang ini muncullah suatu tatanan sui generis, suatu tatanan yang lebih memaksa dan lebih kuat daripada kehendak dan akal manusia individual yang menggubahnya. Perintah dorongan-dorongan hati dan kerja keras manusia yang berkaitan itulah, tatanan sosial tersebut yang menentukan jalannya perubahan historis, ia mendasari proses pemberadaban (Elias,1939/1982:23).

Itulah kata-kata yang kuat, nyaris Durkheimian, yang melukiskan suatu realitas yang unik (sui generis) dan memaksa yang menentukan rangkaian perubahan historis. Meskipun ada retorika Elias belakangan tentang perlunya mengatasi pembedaan mikro-makro, pendirian demikian terutama tidak didukung oleh Power and Civility yang kadang-kadang cenderung membahas, kadang-kadang menentukan efek, struktur-struktur makro pada fenomena level mikro. (Akan tetapi, kita cepat-cepat menambahkan bahwa Elias sering mengatakan bahwa ia hanya tertarik pada variasi gabungan fenomena makro dan mikro, atau hubungan di antara perubahan-perubahan spesifik didalam struktur relasi manusia dan perubahan-perubahan yang sesuai di dalam struktur kepribadian [1939/1982:231]).

Hal yang mencerminkan kesulitan-kesulitannya dalam membahas mikro dan makro dengan cara yang terpadu adalah fakta bahwa Elias membedakan antara penyelidikan psikogenetik dan sosiogenetik. Di dalam suatu penyelidikan psikogenetik, orang berfokus pada psikologi individual sementara penyelidikan-penyelidikan sosiogenetik mempunyai suatu radius yang lebih besar dan perspektif yang lebih panjang jangkauannya yang terfokus pada keseluruhan struktur, bukan hanya suatu masyarakat negara tunggal, tetapi bidang sosial yang dibentuk oleh suatu kelompok spesifik masyarakat interdependen, dan urutan sekuensial evolusinya.

Pemanjangan Rangkaian Interdependensi
Apa perubahan struktural-makro yang begitu penting bagi proses peradaban? Ia dapat dilukiskan sebagai pemanjangan rangkaian interdependensi, Dari periode awal sejarah Barat hingga masa kini, fungsi-fungsi sosial telah menjadi semakin terdiferensiasi di bawah tekanan persaingan. Semakin mereka terdiferensiasi, semakin besar pertumbuhan jumlah fungsi-fungsi dan begitu pula orang-orang yang senantiasa menjadi tempat bergantung sang individu dalam segala tindakannya, dari yang paling sederhana dan paling lumrah hingga yang lebih rumit dan tidak lazim. Ketika semakin banyak orang harus menyesuaikan perilaku mereka dengan orang lain, jaringan tindakan harus diatur dan semakin ketat dan akurat, agar tindakan masing-masing individu memenuhi fungsi sosialnya. Individu dipaksa untuk mengatur perilakunya dengan cara yang semakin terdiferensiasi, lebih tenang, dan stabil... pengendalian tingkah laku semakin kompleks dan stabil semakin ditanamkan kepada individu dari tahun-tahun awalnya sebagai suatu otomatisme, suatu paksaan diri yang tidak dapat dilawan meskipun dia secara sadar ingin melawannya. (Elias, 1939/1982:232-233)

Hasil dari semua itu ialah pemanjangan rangkaian tindakan dan saling ketergantungan sosial, yang menyumbang bagi kebutuhan yang sesuai bagi para individu untuk melunakkan emosi-emosi mereka dengan mengembangkan kebiasaan menghubungkan peristiwa-peristiwa dari segi rangkaian sebab-akibat (Elias, 1939/1982:236).

Dengan demikian bagi Elias pembedaan fungsi-fungsi sosial yang semakin meningkat memainkan peranan kunci di dalam proses peradaban. Selain itu, dan sehubungan dengannya, pembedaan tersebut adalah konsekuensi dari apa yang disebut Elias suatu reorganisasi total jaringan sosial. Di sini dia sedang melukiskan proses historis yang menyaksikan kemunculan organ-organ sentral masyarakat yang semakin stabil yang memonopoli alat-alat kekuatan fisik dan pemungutan pajak. Hal krusial bagi perkembangan tersebut adalah munculnya seorang raja dengan status absolut, dan juga masyarakat istana (khususnya di Prancis dan selama pemerintahan Louis XIV, meskipun istana-istana Eropa semakin terhubung erat). Apa yang disebut Elias mekanisme kerajaan bekerja disini, para raja dapat muncul di dalam figurasi spesifik ketika kelompok-kelompok fungsional yang bersaing ambivalen (mereka dicirikan baik oleh kesalingtergantungan bersama maupun permusuhan) dan kekuasaan disalurkan dengan adil di antara mereka, dengan demikian melarang suatu konflik menentukan atau kompromi yang menentukan. Seperti dinyatakan Elias, Bukan kebetulan, bukan kapan pun suatu kepribadian penguasa yang kuat dilahirkan, tetapi ketika suatu struktur sosial spesifik memberi kesempatan, organ sentral itu benar-benar mencapai kekuasaan optimal yang biasanya menemukan ungkapan di dalam otokrasi yang kuat (1939/1982:174). Dengan kata lain, seorang raja muncul ketika terjadi figurasi yang tepat.

Istana raja mendapat arti penting yang istimewa bagi Elias karena di sanalah perubahan-perubahan terjadi yang pada akhirnya mempengaruhi seluruh masyarakat. Berbeda dengan serdadu, orang-orang yang rangkaian ketergantungannya pendek sehingga agak lebih mudah bagi mereka untuk terlibat di dalam perilaku yang kasar, kaum bangsawan istana dengan rangkaian ketergantungan yang lebih panjang pada banyak bangsawan lainnya, menemukan perlunya semakin peka terhadap orang lain. Kaum bangsawan juga merasakan semakin sulit untuk memberi permainan yang bebas bagi emosi-emosinya melalui kekerasan atau setiap tindakan lainnya. Kaum bangsawan dibatasi lebih jauh oleh fakta bahwa raja sedang mendapat kendali yang semakin meningkat atas peralatan kekerasan. Monopolisasi kekerasan fisik, konsentrasi tentara dan orang bersenjata di bawah satu otoritas... memaksa orang yang tidak bersenjata di dalam ruang-ruang sosial untuk menahan kekerasan mereka sendiri melalui tinjauan ke masa depan atau refleksi, dengan kata lain monopoli tersebut memaksa pada orang-orang suatu derajat pengendalian diri yang lebih besar atau lebih kecil (Elias, 1939/1982:239). Monopoli kekerasan terkait secara akrab dengan kemampuan sang raja memonopoli pemungutan pajak, karena pajak adalah hal yang memungkinkan raja membayar kendali atas alat-alat kekerasan. Dalam faktanya Elias melukiskan suatu situasi yang mencakup pengaruh-mempengaruhi dari kedua monopoli tersebut, Peralatan finansial dengan demikian mengalir ke dalam otoritas sentral tersebut memelihara monopolinya atas kekuatan militer, sementara hal tersebut sebaliknya memelihara monopoli atas pungutan pajak (1939/1983:155). Selain itu, peningkatan dalam pendapatan raja disertai dengan pengurangan pendapatan dipihak kaum bangsawan, dan perbedaan tersebut membantu meningkatkan lebih lanjut kekuasaan sang raja (Elias, 1969/1983:155).

Para bangsawan memainkan suatu peranan kunci di dalam proses peradaban karena perubahan-perubahan yang terjadi di kalangan kelompok elit tersebut berangsur-angsur disebarkan ke seluruh masyarakat, Di dalam masyarakat istanalah dibentuk persediaan dasar model-model perilaku yang kemudian dipadukan dengan model-model lain dan dimodifikasi sesuai dengan posisi kelompok-kelompok yang membawanya, menyebar dengan paksaan untuk melaksanakan tinjauan ke masa depan, kepada lingkaran-lingkaran fungsi yang lebih luas. Situasi mereka yang istimewa membuat orang-orang di masyarakat istana, melebihi setiap kelompok orang Barat lainnya yang dipengaruhi oleh pergerakan itu menjadi spesialis di dalam pengembangan dan pencetakan perilaku sosial (Elias, 1939/1982:258). Selanjutnya perubahan yang bermula di Barat tersebut mulai menyebar melalui bagian-bagian lain dunia.

Munculnya raja dan istana dan transisi dari serdadu menjadi orang istana (atau istanasisasi serdadu) menggambarkan bagi Elias suatu semburan utama di dalam proses peradaban. Ide semburan sentral bagi teori Elias mengenai perubahan sosial. Ia tidak memandang perubahan sebagai suatu proses yang mulus, berkembang secara bertahap, tetapi lebih tepatnya suatu proses dengan banyak perhentian dan permulaan, banyak gerakan mondar-mandir.

Meskipun Elias memberi arti penting yang besar kepada munculnya istana, sebab terakhir perubahan-perubahan yang menentukan adalah diakibatkan perubahan di dalam seluruh figurasi sosial mengenai waktu. Di mana kuncinya adalah perubahan-perubahan dalam berbagai hubungan di antara kelompok-kelompok (contohnya, di antara serdadu dan kaum bangsawan), juga perubahan-perubahan dalam hubungan antara individu di dalam kelompok-kelompok tersebut. Selanjutnya, figurasi demikian juga memaksa kaum bangsawan dan juga raja, Para pangeran dan kelompok-kelompok ningrat cenderung tampak sebagai orang-orang yang menuntun kehidupan yang bebas dan tidak dibatasi. Di sini... muncul dengan sangat jelas kepada hal apa kelas atas dan juga anggota mereka yang paling kuat sang monarki absolut tunduk (Elias, 1939/1982:258).

Dari dominasi raja dan kaum bangsawannya ada pergerakan bertahap menuju suatu negara. Dengan kata lain, ketika monopoli pribadi (oleh raja) atas senjata dan pajak terjadi, dasar untuk monopoli publik atas sumber-sumber daya telah ditetapkan, yakni munculnya negara. Ada suatu mata rantai yang langsung antara pertumbuhan raja dan kemudian negara sebagai agensi pengendali yang sejajar di dalam individu. Secara bersama-sama, mereka mulai memegang dan menggunakan kekuasaan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya atas kemampuan individu untuk bertindak berdasarkan emosi-emosinya. Bukan berarti sebelum masa itu orang-orang kekurangan pengendalian diri secara total, tetapi sejak masa itulah pengendalian diri bertumbuh lebih lanjut dan stabil, yang mempengaruhi semakin banyak aspek kehidupan rakyat. Argumen Elias sangat dekat dengan Durkheim ketika ia berpendapat bahwa semakin panjang rangkaian interdependensi, Individu belajar mengendalikan diri dengan lebih mantap, sekarang dia tidak begitu tertawan oleh nafsu-nafsunya (1939/1982:241).

Aspek yang menarik dari argumen Elias ialah dia mengakui bahwa pengendalian atas nafsu-nafsu demikian bukan suatu kebaikan yang sejati. Kehidupan telah bertumbuh kurang membahayakan, tetapi juga menjadi kurang menyenangkan, tidak dapat mengungkapkan emosi-emosi mereka secara langsung, orang perlu menemukan saluran-saluran ke luar lainnya, seperti di dalam mimpi-mimpi atau buku-buku.

Di samping itu, apa yang merupakan perjuangan-perjuangan eksternal dapat diinternalisasi menjadi, di dalam terminologi Freudian pertempuran antara id dan superego (pemikiran Elias mengenai individu sangat dipengaruhi oleh Freudian). Oleh karena itu, sementara pengendalian yang lebih besar atas nafsu-nafsu menghasilkan pengurangan kekerasan yang menggembirakan, hal itu juga membawa serta kebosanan dan kegelisahan yang terus meningkat.

Rangkaian ketergantungan yang lebih panjang diasosiasikan bukan hanya dengan pengendalian afektif yang lebih besar, tetapi dengan kepekaan yang semakin meningkat kepada orang lain dan kepada diri sendiri. Selanjutnya, pertimbangan-pertimbangan orang menjadi semakin sejuk dan bernuansa, yang membuat mereka mampu menilai dan mengendalikan dengan lebih baik dirinya maupun orang lain. Sebelum kemunculan masyarakat istana, rakyat harus melindungi diri mereka sendiri dari kekerasan dan kematian. Setelah itu, sewaktu bahaya tersebut surut, rakyat mampu bertumbuh lebih peka terhadap ancaman-ancaman dan tindakan-tindakan yang jauh lebih halus. Kepekaan yang lebih besar tersebut adalah aspek kunci bagi proses pemberadaban dan suatu sumbangan kunci kepada perkembangan selanjutnya.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini
 

Sumber
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Baca Juga
1. Nobert Elias. Biografi
2. Nobert Elias. Sosiologi Figurasional
3. Nobert Elias. Sejarah Tingkah Laku
4. Nobert Elias. Fungsi-Fungsi Alamiah
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Nobert Elias. Kekuasaan dan Keberadaban"