Konsep Sosiologi. Patriarki

Table of Contents
Konsep Sosiologi Patriarki
Patriarki
Secara harfiah patriarki berarti aturan dari pihak ayah. Istilah ini memiliki penggunaan yang cukup luas, namun umumnya memiliki kecenderungan untuk mendeskripsikan kondisi superioritas laki-laki atas perempuan (Cannel, 2000:734). Dalam sejarah modern istilah tersebut muncul Henry Maine dengan karyanya Acient Law (1861). Dalam buku tersebut dikemukakan bahwa keluarga patriarkat merupakan dasar dan unit universal dari masyarakat (Coward, 1983:18), yang berasumsi bahwa organisasi manusia sepenuhnya bersifat sosial sejak awal. Pendapat tersebut tentu saja mendapat kritik keras dari aliran-aliran evolusi keluarga dan masyarakat, seperti Bachoven (1861), McLennan (1865), dan Morgan (1877) karena bagi mereka terciptanya masyarakat modern melalui berbagai tahapan budaya.

Dalam perkembangannya, ide patriarki merupakan suatu tahap penting yang mendapat tempat dalam teori sosial Marx, Engels, dan Weber, bahkan dalam psikoanalisa Freud. Dalam pendekatan Marxis, berpendapat bahwa struktur material menentukan hubungan laki-laki dan perempuan, sedangkan kaum feminis radikal membalikkan persamaan tersebut.Bagi mereka struktur hubungan nilai-nilai patriarkat antargender dan ketidaksejajaran gender menjadi paradigma bagi semua ketidakseimbangan sosial serta tidak dapat direduksi untuk kasus-kasus lain. Tulisan Engels (1884) menyoroti hubungan antara pemilikan swasta, keluarga patriarkat dan asal mula penindasan atas wanita. Kepala rumah tangga yang bersifat patriarkat mengontrol dan mengarahkan wanita sebagai penghasil keturunan.

Pertanyaan yang selalu muncul dalam perdebatan tersebut, apakah penindasan terhadap perempuan itu bersifat natural atau kah universal? Sebab dalam perspektif lintas budaya, sosiologi-antropologi senantiasa memiliki kritik atas asumsi bahwa hubungan antara pria dan wanita di mana pun sama. Namun, sejak tahun 1970-an kajian disiplin tersebut mulai dikritik oleh penyokong feminis, misalnya Otner, Reiter, Rosaldo, dan Lamphere yang mulai mengubah fokusnya dari hubungan kekerabatan dekat ke arah gender. Dengan memaparkan bukti-bukti etnografis dari luar Eropa, para ahli sosiologi-antropologi semakin gencar memberikan pendapat bahwa perbedaan-perbedaan biologis antara pria dan wanita tidak harus memperhitungkan atau menjelaskan secara langsung tentang banyaknya cara menguraikan berbagai hubungan antarjenis kelamin. Masyarakat non-Barat tidak harus berbuat suatu perbedaan biologis yang jelas antara pria dan wanita, juga tidak harus mempertentangkan alam dengan budaya.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 3. Lembaga Sosial (KTSP)
2. Materi Ujian Nasional Kompetensi Lembaga Sosial
3. Materi Sosiologi Kelas X Bab 2.2 Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Revisi 2016) 
4. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
5. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
7. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)   
8. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 3. Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum 2013)
9. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Bentuk-bentuk Struktur Sosial (KTSP)
10. Materi Ujian Nasional Kompetensi Dinamika Struktur Sosial
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment