Ambiguitas. Batas Berpikir
Table of Contents
Merleu Ponty |
Ambiguitas (Inggris; ambiguity) memiliki definisi kedwiartian, dengan makna bahwa dunia di mana kita hidup atau realitas yang kita alami tidak pernah dapat kita reduksi ke dalam satu arti saja. Realitas tersebut berliku-liku dan mempunyai banyak dimensi. Jikalau kita memusatkan analisa atau pikiran pada satu dimensi di antara banyak dimensi tersebut, maka dimensi-dimensi yang lain tinggal dalam kegelapan. Jadi setiap usaha reduktif selalu penuh dengan resiko pengabaian sisi atau wilayah yang lain. Demikian, jikalau kita mulai berpikir maka sebenarnya kita tidak akan pernah tahu di mana pemikiran kita tersebut akan berakhir, wilayah realitas selalu menampakkan hal-hal yang baru mengiringi ketidaktahuan kita yang terus-menerus terhadap kehidupan, maka berpikir tidak akan pernah mengenal kata final, puncak ataupun akhir sebagaimana perintah agama untuk belajar dari mulai lahir hingga meninggal nanti. Kesimpulan kita sementara, realitas itu tidak terbatas, multidimensi, sementara pikiran kitalah yang selalu terbatas dalam memahaminya. Apa betul begitu? Mari kita lanjutkan...
Pemikiran apa pun bentuknya entah itu science, tafsir atau apa pun tidak akan pernah mencapai suatu pengetahuan yang absolut. Jadi tidak benar jikalau kita memutlakan kebenaran suatu ilmu, ilmu pengetahuan akan terus dan selalu berkembang mengiringi realitas yang semakin kompleks. Dengan demikian, proses dialektika yang berlangsung dalam sejarah pun tidak akan pernah mencapai titik akhir, sebagaimana orang mengatakan titik akhir sejarah, namun setelah klasik orang mengenal modern ternyata masih ada postmodern...dan seterusnya. Kecuali memang Tuhan menutupnya dengan kiamat.
Dengannya, sebenarnya tidak akan pernah suatu pemikiran mencapai status sistem, tidak akan pernah suatu pengetahuan mencapai status ilmu karena ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Ilmu pengetahuan adalah universum, rangkaian general atau universal dari semua realitas tahu manusia, namun yang kita kenal saat ini ilmu adalah bentuk lain dari one dimension man di atas. Kenapa ? Ya itulah keterbatasan, batas pemikiran dan kemampuan manusia, sehingga usaha pemikiran atau rasionalitas pengetahuan apa pun secara prinsipil tidak akan pernah selesai dan karena itu dengan tak kunjung berhenti maka kita harus terus menerus berusaha mencari dan memahami realitas kembali dan kembali.
Dalam pandangan Merleu Ponty, kebenaran tidak pernah definitif dan mutlak (absolut). Berfilsafat adalah bertanya. Filsuf bukanlah orang yang tahu, melainkan orang yang sebenarnya tidak tahu, tetapi yang ingin mencari tahu. Ambiguitas pemikiran Merleu Ponty tampak pula sejauh seluruh filsafatnya merupakan suatu konfrontasi tetap dengan dua aliran ekstrim yang memainkan peranan amat besar dalam sejarah pemikiran modern yaitu realisme dan idealisme atau objektivisme dan subjektivisme. Sekalipun realisme dan idealisme merupakan dua pendirian yang sama sekali bertentangan, kedua-duanya mengandaikan hal yang sama, yaitu bahwa realitas dapat dipahami secara tuntas. Tapi justru pengandaian itulah yang ditolak oleh Merleu Ponty. Menurutnya pemikiran kita tidak pernah mengerti realitas dengan tuntas.
Keabsolutan atau kemutlakan serta ketidakterbatasan pemikiran manusia itu tidakkan pernah ada, nonsense atau omong kosong, yang ada adalah ketidakterbatasan realitas. Demikian manusia berpikir tentang realitas melalui apa yang dinamakan persepsi atau penglihatan atau juga pengamatan mereka terhadap dunia yang kemudian menjadi wilayah privat yang kita namakan pengalaman.
Ket. klik warna biru untuk link
Download di Sini
Baca Juga
1. Maurice Merleau-Ponty. Biografi dan Karya
2. Pemikiran Filosofis Maurice Merleau-Ponty
3. Merleau-Ponty. Persepsi dan Tubuh
4. Merleau-Ponty dan Fenomenologi
5. Merleau-Ponty. Bahasa
Post a Comment